Kesempatan (berkah) dalam Kesempitan

Ceritanya kemaren, Sabtu 11 Februari 2018 siang.
Akhirnya aku memijakkan kaki di gedung kantor Tempo. Iya, siapa tak kenal grup media satu itu. Sayangnya, bukan sebagai pekerja, tapi tamu. Untuk satu acara talkshow, yang ternyata telat kudatangi karena salah perkiraan waktu dari Tangerang pake KRL.

Sedikit ada rasa miris-miris haru gitu bisa nyampe sini.
😏😏😏
Iya, mengingat sebiji surel yang masuk ke laman Yahoo-ku di bulan puasa tahun lalu. Berisi informasi panggilan interview buat jadi wartawan Tempo. Kabar yang mengejutkan, membahagiakan, sekaligus merisaukan. Gimana enggak, aku bacanya sambil berbaring di atas tempat tidur Rumah Sakit Permata Bunda Medan. Sakit akibat wabah bakteri E-Coli bungcyud satu itu makan tenaga, biaya dan 4 hariku di RS. Untungnya biaya ditanggung asuransi yang dibebankan ke kantor tempatku cari makan waktu itu dan....ini kusyukuri sebagai peringatan istirahat dari Yang Maha Tahu.

Kembali ke jalan cerita di atas. Akhirnya kuputuskan gak melanjutkan proses seleksi karena mikir biaya dan fisik untuk berangkat interview ke Jakarta yang gak capable. Mencoba mengikhlaskan berhari-hari...sampai kemarin siang.

Tapi ya sudahlah...Life must go on kan?
Aku datang ke acara kemaren juga karena bermaksud ketemu Mbak Dida, local chair waktu aku ikutan JOINMUN 2012 di Yogya yang dihelat Universitas Gedhi Mbayare. Iya, UGM.

Beliau udah pulang dari sekolah S2-nya di University College London dan sekarang kerja di lembaga riset politik di Indonesia.

Awalnya aku gak tau pasti mau ngomongin apa kalo ketemu. Tapi di sempitnya waktu pasca acara, kudatangi, salaman dan kenalin diri (lagi) ke doi. Mbak Dida-nya langsung ngajak ke belakang biar ngobrolnya enak. Ciri-ciri orang apresiatif kan yaa?
Kita gak kenal deket padahal.
Tercetus lah pertanyaan tentang beasiswa yang men-sponsori dia sekolah master kemaren. Kusampaikan keresahanku tentang track record awardee-nya yang nampaknya udah profesional di bidang masing-masing sementara aku gak gitu. Dan denger jawaban beliau, agaknya cukup melegakan.


Dia bahkan cerita, sebagai awardee yang setahun lulus trus kerja di kampus dan sekali daftar langsung lulus malah bingung, "Kenapa aku lulus juga embuh hehehe..."
Tapi aku percaya, sponsor juga pasti punya kriteria yang mumpuni untuk meloloskan kandidat macem blio.


Jawaban mbak Dida lanjutin dengan penjelasan tentang konsep NETWORKING yang nampaknya jadi poin penting lembaga ini.
"Yang penting kamu udah tahu kan mau kamu apa. Kalo udah gitu, konsep networking itu maksudnya kamu tahu mau mengarahkan maunya itu ke jalur mana aja. Misal, kamu mau kerja di pemerintahan. Kamu kenali bidang apa, lingkup seperti apa yang mau kamu geluti, pihak mana yang mau kamu hubungi. Nah, yang kayak gitu," katanya.



So it's not only about what we have done, but also another one for the future

Belum lagi, blio bilang: well-engagement dari sponsor, mulai sebelum berangkat hingga kepulangan, membuat beasiswa satu itu worth sekali buat diperjuangin. "Kalo gagal, coba lagi. Gagal lagi, coba terus..."

That's it.
Ditutup pake do'anya: "semoga sukses ya buat langkah-langkahmu Dita"
Dapet itu aja udah seneng.
Makasih mbak...


Sore yang berisi.



*nyempetin foto-foto di gedungnya...kapan lagi, tjoi






Mesin cetak di lantai 1. Langsung di belakang lobi pintu masuk etaaaa~


Comments

Popular Posts